Sabtu, 19 April 2008

Kegelisahan sang pemuda

Kuawali ruang jeda disela-sela kesibukan beraktifitas seahari-hari. mencoba memuntahkan uneg-uneg yang mengendap dalam rasioku selama sehari. Membubuhkan support untuk diri sendiri disaat rasa telah mengendalikan dan merapuhkan argumen-argumen brillianku. Aku merasakan keterasingan dalam lingkungan sendiri, merasa kaku saat bertegur sapa dengan sesama. Semua terjadi begitu tiba-tiba dan tidak terencana disaat aku benar-benar sendiri dalam kebekuan.

Bahkan kegilaanku menterjemahkan cinta sesukaku, kukatakan kalau jatuh cinta hanya akan merong-rong kerja akal dan hanya akan menyia-nyiakan waktu. Karena anggapanku kalau jatuh cinta hanyalah akan menambah daftar panjang penyebab manusia bertingkah laku aneh, angkuh, sombong, egois, cengeng atau bahkan sadis karena mencampakkan orang yang pernah dikatakan sebagai oarang yang dikasihi dan dicintai. Menciptakan suasana yang tiba-tiba sekejap jadi indah dan hanya milik berdua. bahkan banyak bermunculan pujangga-pujangga baru secara instan bak jamur dimusim hujan. Sebegitukah pendewaan cinta? apakah tidak merasa kalau itu hanya akan menjebak manusia menjadi budak cinta? repot juga kalau aku hanya mencari referensi dan menciptakan konsep baru soal cinta. keburu aku sendiri yang terjebak dalam rantai jatuh cinta.

Bukannya naif tapi bukankah masih banyak hal-hal yang perlu diperdulikan? prestasi pendidikan, kemiskinan yang melanda negeri, kelaparan yang membuncitkan perut dan membutakan hati, atau melihat nasib saudara kita yang terpaksa mengais rejeki dijalanan dengan sedikit membuka mulut dan nelengkingkang suara yang memembentuk nada-nada indah namun kecut dihati karena semua hanya terpaksa.

Terpaksa berpanas-panasan sambil membawa kecrek atau menjajakan dagangan asongan yang sudah dibawa mondar-mandir selama sehari. Membuang waktu yang seharusnya diisi oleh petuah-petuah buah pikiran pemikir besar dan handal seperti soekano, kihajar dewantara, einsten atau pemikir-pemikir besar lainnya.

Seharusnya mereka duduk mempelajari angka-angka yang berjajar ataupun berderet bahkan munkin sekedar belajar abjad yang tersusun menjadi kata-kata yang bisa membwa perubahan dan renaisance bagi kehidupan. Namun, semua itu hanya omong kosong dan fatamorgana semata jika pemuda seperti aku juga terjebak pada rantai cinta-cintaan ansich yang ramai dibicarakan dan berlomba-lomba dipertontonkan. inilah yang terkadang mengkonsletkan persepsiku atas pemaknaan cinta kaum remaja yang disimbolkan dengan yang namanya pacaran.


dipojok ruang kosong
kudus, 19 april 2008

mita masymin araera

1 komentar:

Ruang curhat&dialektika mengatakan...

sepakat dengan apa yang anda katakan. akan tetapi jangan terjebak pada ketidak percayaan akan cinta. karena manusia hidup karena adanya cinta dari tuhan. tetap semangat.! ayolah kita kasih support kawan kita ini!!